Lintasgoal.com-JAKARTA – Match-Fixing mengancam persepakbolaan Indonesia. Konflik dualisme kepengurusan dan kompetisi, ternyata bukan satu-satunya isu besar tapi juga pengaturan skor yang kini, sedang marak di Eropa.
Jelas hal ini harus jadi perhatian penting PSSI dan segenap stakeholder sepakbola Indonesia. Pasalnya, gejala-gejala itu sudah nampak dengan banyaknya kasus suap yang sejak era 80an sudah melanda.
Apung Widadi dari SOS (Save Our Soccer), mengisyaratkan PSSI melalui Kongres Luar Biasa 17 Maret mendatang, untuk memasukkan isu match-fixing ke agenda KLB. Masalahnya, ini akan jadi musuh masa depan sepakbola nasional jika tak ditanggapi serius.
“IPL maupun ISL sekarang, yang pasti belum steril dari upaya pengaturan skor. Isu ini harus masuk agenda kongres (Luar Biasa) nanti. Tak hanya PSSI, pemerintah juga harus bergerak dalam hal ini. Setidaknya, Menpora nanti harus mendengungkan masalah ini saat kongres,” ujar Apung, Selasa (12/3/2013).
“Menpora juga jangan hanya berpikiran jangka pendek, terkait konflik yang ada sekarang. Tapi juga jangka panjang. Menpora harus sudah paham soal pengaturan skor ini,” lanjutnya.
Untuk mencekal virus laten tersebut, tentu harus ada kerja sama erat antara federasi (PSSI), aparat dan pemerintah, agar penegakan skandal ini tak lemah dan hanya terputus tanpa tindakan.
“Harus ada MoU antara PSSI, Polri dan pemerintah. Tidak hanya Kemenpora, tapi juga mungkin bisa difasilitasi oleh Kemenkumham untuk merevisi Undang-undangnya. UU tentang suap no.11 tahun 1980, harusnya bisa direvisi karena hingga kini belum terpakai lagi. Bila perlu, adakan pula MoU dengan AFC dan Interpol,” tutupnya.



0 comments:
Post a Comment