Home » » Sepakbola: Pengurus Berpolitik Pemain Bersandiwara

Sepakbola: Pengurus Berpolitik Pemain Bersandiwara

Posted by Lintas Goal | Prediksi Bola | Berita Bola | Agen Bola on Thursday, 1 November 2012


Lintasgoal.com-Jakarta - Tigapuluh enam tahun lalu, tepatnya di 1976, Ketua Umum PSSI Bardosono membuat keputusan kontroversial. Dengan kewenangannya yang tidak boleh digugat, Bardosono menghadiahi juara bersama klub Persija Jakarta dan PSMS Medan.

Gelar juara kembar itu dijadikan solusi untuk menghindari perkelahian antarsupporter yang jumlahnya mencapai 110 ribu orang, yang memadati di Stadion Bung Karno, Senayan. Banyak kritik yang dialamatkan kepada Bardosono yang di pemerintahan Orde Baru menjabat Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian dan Operasional Pembangunan).

Namun berhubung pada waktu itu Bardosono merupakan salah seorang kepercayaan Presiden Soeharto, kantornya bersebelahan dengan ruang kerja Soeharto di Bina Graha, maka tak ada yang berani mempersoalkannya. Persepsi sekaligus kekhawatiran yang ada, menggugat Brigjen Bardosono bisa diartikan melawan tentara. Atau mau cari gara-gara dengan presiden militer yang saat itu sangat kuat dan ditakuti.

Cara Bardosono dikategorikan sebagai cara amatiran dari seorang pemimpin yang tidak mengerti tentang olahraga yang mengedepankan prestasi dan sportifitas. Gelar juara kembar juga tidak dikenal.

Pemain yang memperkuat dua klub itu, rata-rata bermain untuk kesebelasan nasional PSSI. Seperti Anjas Asmara (Medan) dan Ronny Paslah (Kiper, Jakarta). Sehingga bisa dibayangkan, betapa rikuhnya para pemain kedua klub menerima keputusan Bardosono manakala mereka bertemu di tim nasional.

Ada kekhawatiran, jika sepakbola dipimpin dengan cara-cara amatiran ala Bardosono, maka cepat atau lambat prestasi sepakbola Indonesia bakal terpuruk. Ada benarnya kekhawatiran itu. Karena memang terbukti sampai saat ini keterpurukan sepakbola Indonesia semakin menjadi-jadi.

Hanya saja kalau boleh membuat perbandingan secara instan, seburuk-buruknya keterpurukan sepakbola Indonesia, keterpurukan yang terjadi pada hampir empat dekade lalu, masih ada yang bisa dibanggakan. Sedangkan kalau keterpurukan saat ini sudah sungguh sangat melewati ambang batas ketidak wajaran! Memalukan!

Keterpurukan di era Bardosono hanya pada organisasi di pusat. Sementara prestasi dan kualitas pemain masih bisa dibanggakan. Kesebelasan PSSI masih tetap menjadi kebanggaan masyarakat. Kalau sekarang keterpurukan merata dimana-mana, di semua lini. Selain itu kisruh sudah menjadi semacam menu harian: pagi, siang dan malam, makanannya sama.

Ambil contoh dari terbentuknya dua kepengurusan di PSSI. Yang satu versi Djohar Arifin dan satunya lagi La Nyalla Mattalitti. Dua tahun lalu kedua tokoh persepakbolaan nasional ini masih berada dalam satu kubu. Tapi entah tersengat oleh virus penyakit yang tidak bisa terindentifikasi, tiba-tiba saja keduanya sudah saling berseberangan dan bermusuhan.

Begitu kompleks permusuhan mereka dan tidak gampang dipahami pihak ketiga. Sehingga untuk mudahnya permusuhan mereka kita sejajarkan dengan dua bangsa yang satu rumpun, kemudian mendeklarasikan perang terbuka. Dua-duanya mengaku punya hak teritori dan legalitas.

Kadar permusuhan mereka bereskalasi dengan cepat, sehingga hampir melampaui rekor permusuhan antara dua bangsa Korea: Utara dan Selatan.

Demikian sengitnya permusuhan mereka, sampai-sampai mulai dari Komite Olahraga Nasional Indonesia sampai dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak berani turun tangan. Mereka lebih suka menggunakan jasa orang luar, Malaysia yang duduk di AFC (Asian Football Confederation).

Mereka juga lebih suka menggunakan penasehat hukum ketimbang bahasa rekonsiliasi. Bayangkan betapa tidak dewasanya Djohar dan La Nyala. Sekalipun sudah ditengahi dan sudah ada kesepakatan tertulis, dan kesepakatan itu atas kehendak mereka berdua, tetapi yang mereka teruskan adalah sikap keras kepala dan ego kekanak-kanakan. Satu sama lain tidak mau mengalah.

Ketika Indonesia harus mendaftarkan klub yang ikut serta dalam Asian Football Federation (AFF), keduanya mendaftarkan kesebelasan yang berbeda. Mereka berlomba. Sekretariat Liga Champion Asia, mungkin terheran-heran dengan cara Djohar dan La Nyala.

Tetapi itulah pemahaman kedua tokoh peresepakbolaan Indonesia itu tentang sepakbola modern. Bahwa persaingan tidak hanya di lapangan hijau. Persaingan kecepatan, tidak hanya dilakukan oleh penyerang. Persaingan juga harus dimulai dari kecepatan mendaftarkan diri.

Mereka semaunya menggunakan merek "Indonesia" dengan memanfaatkan aturan dimana pemerintah tidak boleh mencampuri kisruh PSSI. Mereka lupa apa yang yang mereka pertontonkan kepada komunitas sepakbola Asia, sudah merusak nama baik negara dan bangsa Indonesia.

Yah, kisruh yang dipertontonkan oleh oknum elit di PSSI ini patut diakhiri. Kalau kisruh ini ibarat sebuah penyakit aneh menyerang sebagian organ tubuh, sudah waktunya bagian tubuh itu diamputasi.

Tak peduli siapa yang benar dan salah dari kisruh ini, tak satupun di antara mereka yang layak membawa-bawa nama Indonesia. Mereka harus dikartu-merahkan dari organisasi sepakbola, tak peduli keduanya merupakan milyarder yang memiliki uang tanpa seri.

Sebab yang dibutuhkan Indonesia pemimpin atau pembina olahraga yang mampu mencetak prestasi. Dengan prestasi olahraga, bangsa yang terpecah belah pun bisa dipersatukan. Sepakbola harus menjadi alat pemersatu. Jangan dibalik atau pengurus sepakbola menjadi biang perpecahan.

Akibat kepengurusan kembar di PSSI, berdampak negatif ke para pemain. Para atlit sepakbola dipaksa memilih siapa di antara kedua pengurus itu yang bisa memberi jaminan dan kenyamanan. Berhubung sulit untuk memilih, mereka harus "berpura-pura" atau bersandiwara.

Kebutuhan pemain menjadi berbeda dengan kepentingan Djohar dan La Nyala. Sebab pengurus lebih mengedepankan manuver politik agar bisa menguasai PSSI. Kalau saja Djohar dan La Nyalla mau belajar sejarah olahraga, sepatutnya mereka malu pada masyarakat Indonesia yang mengerti tentang olahraga.

Sebab dari dunia olahraga, dari pusat olahraga nasional di Senayan, sesungguhnya pernah lahir tokoh-tokoh pemersatu dunia yang sekaligus melambungkan nama baik Indonesia lewat olahraga. Mereka adalah Sudirman (bulutangkis) dan Willy Waroka (tennis meja).

Pada era 1978-an, saat Sudirman terpilih sebagai President IBF (International Badminton Federation), tiba-tiba sejumlah negara sosialis yang dipengaruhi oleh RRC mendirikan WBF (World Badminton Federation). Bagaimana kisah dan keberhasilan mempersatukan organisasi bulutangkis dunia, terlalu panjang jika diurai di sini. Tapi prestasi Sudirman (almarhum) itu setidaknya menunjukkan olahraga dunia pernah mencatat Indonesia sebagai negara yang pernah mempersatukan pihak-pihak yang bertikai.

Hal serupa juga dilakukan oleh Willy Waroka, tatkala tennis meja dunia memiliki kepengurusan kembar: ITTF (International Timetable Tennis Federation) dan WTTF (World Timetable Tenis Federation).

Kejadian ini memang terjadi hampir 40 tahun lalu. saat Djohar berusia 20, dan La Nyalla berumur 9 tahun. Mereka saat itu belum paham tentang dunia olahraga. Perseteruan Djohar dan La Nyalla, tak patut dilanjutkan. Semestinya mereka menjadi pembina olahraga yang mengedepankan sportifitas.

Tapi kalau tetap mau meneruskan perseteruan, itu hak azasi mereka. Hanya saja demi kepentingan yang lebih besar. Keduanya patut merelakan orang lain yang mengurus sepakbola nasional dengan cara yang lebih berkualitas.

Agen Poker Online Agen Judi Online Agen Poker Online Agen Poker Agen Casino Online


0 comments:

Post a Comment

liputankhusucasino liputan48 liputan46 liputan45 inginjadijuara jalanmenujukaya jawaraseoonline lipuatankhususbolatangkas liputan47 liputanagenonline liputanbloggerbola liputanbola43 liputanbola49 liputanbola50 liputanbolabaru liputanbolacerdas liputanbolagoal liputanbolanews liputanbolaonline liputanbolaprediksi liputanbolatangkas liputanbolatendang liputanbursaonline liputancasino liputancasinoonline liputancasinotangkas liputandukunbola liputanharianbola liputankhusuprediksi liputankhususbola liputanlapanganhijau liputanmediabola liputanmediajudi liputanmediaprediksi liputanmediatangkas liputanmisteribola liputanprediksi  liputanprediksibola  liputanseputarbola  liputansitusbola  liputansuarasepakbola  liputantangkasbola  liputantaruhanbola  liputanumumbola liputan30  liputankhususcasino  liputansuarabola  prediksiimpian  suaraprediksi   liriklagubalungankere informasisangatbagus  pendengkarinformasi  artikelsangatbagussekali bidadariberita liriklagumendungtanpaudan liriklaguwidodari lirikkartonyonomedotjanji lintasgoal mrcoppas-tutorial batuakiksalatiga mediamalam mrcoppas-template  galeryterselubung anehdananehdanunik gsensasional kuattapiambyar zonasalatiga zonafastbet99 situsterselubung zona-terselubung liputanterbaik topdegolko terorberita artikelyangnggakhabisdimakanjaman  dibawahpusar jembatanonani kupumalamku pusatvideosaru toplesdunia mrcoppasterkini apapundanselamanya masadepancerah701 keluarantogelhkterkini nyobiliputan caradaftarsolaire99 mediajudi mediajudionline ternategemstone jendralprediksi situskicauburung situskicaumania testkublog mencaridatayanghilang  duniaseputarseo sekitartogel agendaduniamaya projectjoker registerfun88 jualjasaadsense chukupbangku patnerfun88 situsfun88 fun88register fun88betting zonacoppaster artikelsangatbagus

Popular Posts

Blog Archive