Asisten pelatih klub Persiraja Banda Aceh, kontestan League Premier League (IPL) musim 2011/2012 tersebut berpandangan, Riedl yang dikenal getol mengkampanyekan larangan menggunakan pemain Timnas yang berasal dari Breakaway League, justru bertindak serampangan.
Saat melatih Timnas pada tahun lalu, pelatih asal Austria tersebut dengan tegas menolak memanggil pemain Liga Primer Indonesia (LPI), yang dianggap Breakaway League. Kala itu, Riedl beralasan, terdapat peraturan FIFA yang tidak memperbolehkan pemain Timnas berasal dari Breakaway League.
Riedl berpatokan pada pasal 79 di Statuta FIFA yang menyatakan, pemain yang membela tim nasional harus bermain di klub yang merupakan anggota federasi sepakbola dan berafiliasi ke FIFA.
Dualisme kompetisi yang terjadi, memang melahirkan kompetisi Indonesian Premier League (IPL) dan ISL. Namun, hanya IPL dengan operator PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS) yang diakui PSSI dan terpampang jelas di situs Federasi Sepakbola Internasional (FIFA). Sedangkan ISL, yang digulirkan PT Liga Indonesia (PT LI) dan di bawah naungan KPSI, disebut sebagai Breakaway League.
Karena itu, Maman lugas menilai jika Riedl seolah menggunakan kacamata kuda saat menerima tawaran menangani Timnas pimpinan La Nyalla Mahmud Mattalitti tersebut. Apalagi, La Nyalla dan kawan-kawan tengah menskenariokan Riedl untuk menyiapkan Timnas yang akan tampil di ajang Piala AFF 2012 dan SEA Games 2013.
“Lalu, Riedl mau membawa Timnasnya tersebut bertandingan dalam ajang yang mana? Sebab, sangat tidak mungkin di saat FIFA, AFC dan pemerintah, hanya mengakui Timnas yang dibentuk Djohar Arifin Husin saja,” kata mantan pemain Warna Agung (1982), Pelita Jaya (1986) dan Persija Jakarta era 199-an tersebut.
Maman menghimbau, yang pertama kali dipikirkan Riedl adalah legalitas La Nyalla Mahmud Mattaliti yang mengklaim sebagai Ketua Umum PSSI, dan bukannya memirkan perekrutan pemain.
“Riedl justru keliru dengan semangatnya memanggil seluruh pemain terbaik yang ada di Indonesia. Terlebih, Riedl juga melontarkan ungkapan tidak akan ada diskriminasi bagi pemain yang akan membela Timnas," tutur mantan pelatih Pesik Kuningan, Persikabo Kabupaten Bogor dan PSAD Indonesia tersebut.
Karena itu, dikatakannya lagi, bukan niat baik pula yang ada dibenak Riedl, namun ikut memperkeruh konflik yang terjadi. Maman menduga, Riedl hanya dijadikan sebagai senjata untuk menggempur kekuatan PSSI Djohar Arifin Husin.
Terlebih, kata Maman, Riedl pernah mengungkapkan jika salah satu alasanya hadir ke Indonesia untuk menuntut haknya dari PSSI yang memberhentikannya secara sepihak. Itu dilakukan PSSI setelah mengetahui jika pelatih yang membesut timnas senior di Piala AFF 2010 lalu, secara institusi tidak pernah mengikat kontrak resmi.
Kesepakatan kerja yang ada selama ini, dianggap hanya mengikat antara Riedl secara pribadi dengan Wakil Ketua Umum PSSI era Nurdin Halid, Nirwan Dermawan Bakrie.
Jangan Lupa Di Like Ya Gan



0 comments:
Post a Comment